Minggu, 02 Oktober 2016

Perjalanan Memperoleh Beasiswa Master ke Eropa



Halo teman-teman semua khususnya para scholarship hunters, saya ingin berbagi cerita tentang perjalanan saya mendapatkan beasiswa untuk studi keluar negeri, khususnya di Negara Hungaria, Eropa. Saya termotivasi untuk menulis cerita ini karena ada banyak teman-teman yang menanyakan tentang beasiswa ini baik secara langsung maupun melalui media social. Selain itu, saya juga ingin sekali berbagi cerita dan pengalaman yang sangat sangat menarik ini kepada teman-teman diluar sana  :D. Mudah-mudahan apa yang saya tuliskan dalam cerita ini bisa bermanfaat dan memotivasi teman-teman untuk terus berusaha dan berjuang mendapatkan apa yang selama ini di impikan, yaitu melanjutkan kuliah di Eropa.

Beasiswa yang saya dapatkan ini adalah beasiswa Stipendium Hungaricum yang dibentuk pada tahun 2013 oleh pemerintah Hungaria. Misi dari program beasiswa ini adalah untuk meningkatkan jumlah mahasiswa international dari seluruh Negara di dunia dan untuk menjalin kerjasama antara Negara Hungaria dan Negara-negara di dunia yang lainnya dalam bidang pendidikan dan pertukaran budaya . Beasiswa ini memberikan full coverage (Tuition fee, living expenses, accommodation, and medical insurance) kepada penerima beasiswa, mulai dari awal aplikasi hingga selesai studi. (enak kan? hehe :P)

Sejak awal saya duduk di bangku kuliah, saya mempunyai keinginan dan cita-cita untuk melanjutkan kuliah master keluar negeri. Saya adalah mahasiswa lulusan S1 Bahasa Inggris di Universitas Jambi. Alasan pertama mengapa saya ingin melanjutkan kuliah diluar negeri adalah karena sebenarnya saya sangat menyukai jalan-jalan alias traveling :D. Alasan yang kedua, saya ingin meningkatkan dan mempertajam kemampuan bahasa Inggris saya karena dengan berada di Luar Negerilah saya bisa memperbagus kemampuan bahasa Inggris saya yang tidak bagus-bagus amat ini hehe.. Alasan yang ketiga, saya ingin menambah dan memperluas pengetahuan saya tentang budaya-budaya menarik yang ada di dunia. Keempat, agar kesempatan saya untuk traveling ke negeri lain terbuka lebar.. hehe.. Insyaallah. Amin.

Saya lulus S1 pada bulan Januari 2016. Kemudian saya membulatkan tekad untuk mengikuti beberapa beasiswa ke luar negeri, yaitu Australia (ADS), New Zealand Asean Awards, Amerika (Fulbright) dan Hungaria (SHS). Untungnya selama berada di Semester akhir, saya sudah mempersiapkan segala sesuatunya yang saya butuhkan untuk mendaftar beasiswa, termasuk TOEFL test (Min. 550), Essays, dan juga MENTAL yang nggak boleh setengah-setengah :D. Jadi, setelah lulus kuliah  tinggal apply deh. Kuncinya kita harus yakin dan percaya dulu. Setelah berusaha dan berdoa, sisanya kita serahkan sama Allah. Selama proses pendaftaran keempat beasiswa ke luar negeri tersebut, saya selalu meyakinkan diri saya. Jika Allah menghendaki saya untuk melihat dan menginjakkan kaki di belahan dunia-Nya yang lain, maka Allah pasti akan memberikan kemudahan dan melancarkan segala sesuatunya. Pada akhir bulan Maret, saya mendapatkan pesan email dari Amerika, yang isinya “You failed”, singkat, padat, dan sangat jelas :’). Gagal, ah rasanya sudah biasa mengalami kegagalan dari sejak masa sekolah. Kegagalan ini tidak membuat saya patah semangat sedikitpun. Meskipun dalam hati selalu menyenangkan diri sendiri, “Ah, masih bisa menunggu tiga beasiswa lainnya”. Bulan berikutnya, yaitu bulan April 2016, saya mendapatkan pesan email dari Australia. Katanya, “Your application is unsuccessful”. Huhuhu.. sedikit mengeluarkan air mata. Sambil berkata dalam hati, “Apa sebenarnya kekurangan saya?”. Hehe mungkin kurang beruntung kali ya. Waktupun terus berlalu. Panas dan hujan silih berganti. Hingga pada bulan Mei 2016, saya kembali mendapatkan pesan email dari SHS, yaitu Hungaria. Katanya, “You passed the first round of selection: formal check”. Yah meskipun baru lulus berkas, setidaknya pintunya terbuka sedikit.. hehehe (:D). Sedikit lega mendengarnya. Tak lupa saya selalu berdoa, memohon kepada Allah agar dibukakan pintu menuju impian yang selebar-lebarnya. Dan juga, tak lupa saya selalu menyebut nama Almarhumah didalam setiap doa, “Mama, doakan fita semoga fita bisa membuat mama bangga dan bahagia :’)”. Pada akhir bulan Mei, saya kembali mendapatkan pesan email dari Hungaria, yang isinya kalau nggak salah seperti ini, “You are in the nominated criteria, and please be happy to have an interview with us”. Oh my God! Is It gonna be serious?. Saya benar-benar tidak menyangka kalau akan sampai di tahap interview. Ya Allah.. terimakasih karena telah membawa saya ke tempat yang lebih dekat dengan impian saya selama ini. Alhamdulillah, one step closer. Seiring berjalannya waktu, saya mempersiapkan segala sesuatunya yang saya butuhkan pada saat interview nanti. Dari pagi siang hingga malam hari, laptop stand by 24 jam. Berhari-hari saya belajar dengan om google (maklum pengangguran).. Hingga tiba saatnya pada tanggal 15 Juni saya harus menghadapi test interview bersama tiga orang professor dari Universitas yang saya pilih, yaitu University of Pecs. Lima menit sebelum interview jantung ini rasanya dagdigdug sangat kencang. Daaaaan.. tiba-tiba Laptop berdering ada panggilan dari Skype media. Bismillah, apapun yang terjadi, semuanya adalah kehendak Allah SWT. Akhirnya, dimulailah interview bersama pihak Universitas. Satu per satu saya tatap wajah mereka. Dan waaaw, sungguh luar biasa. Ternyata mereka tidaklah menyeramkan seperti yang saya bayangkan. Interview berjalan dengan sangaat lancar. Mereka welcoming sekali dengan foreigners. Ramah, dan selalu memberi pujian. Interview berlangsung hanya lima menit (SAJA). Dan diakhir perbincangan meraka berkata, “Okay. Let us decide whether You are accepted or not, and we will inform the result to you in July. Bye bye”. Huuuh lega rasanya telah melewati tahap ini. 

Setelah satu bulan berlalu, tibalah saatnya saya akan melihat hasil yang akan saya peroleh setelah melakukan usaha yang menurut saya sudah cukup maksimal ini. Saya memohon doa kepada ayah dan orang-orang terdekat. Saya mengatakan kepada mereka bahwa ini adalah pengumuman terakhir yang akan menentukan apakah saya lulus atau tidak. Saya juga memohon dengan sangat kepada Allah untuk memberikan kabar baik dan menyenangkan kepada saya. Dan tepat pada malam hari sebelum pengumuman, saya memimpikan Almarhumah Ibu saya. Di dalam mimpi tersebut, saya melihat beliau susah payah berjalan dengan membawa banyak sekali barang-barang milik saya. Mulai dari tas ransel, tas jinjing, dan juga koper milik saya. Dalam mimpi saya bertanya, “Mama mau kemana bawain barang-barang Fita?”. Lalu beliau menoleh, dan hanya memberikan senyuman yang sangaaat hangat dan yang sangat saya rindukan itu, dan tetap berjalan dengan sejumlah barang milik saya. Pagi hari pada tanggal 15 Juli, saya terbangun. Masyaallah. Saya meneteskan airmata mengingat mimpi itu. Apa sebenarnya makna semua itu. Saya berharap mudah-mudahan ini adalah pertanda bahwa saya akan mendengar kabar yang sangat baik.

Hingga pada siang harinya, saya mendengar suara handphone berdering. Dan saya langsung melihatnya, ternyata saya mendapatkan pesan email dari Universitas. Masyaallah, jantung ini rasanya mau copot .. :D:D. Satu jam lamanya saya tidak juga membuka email tersebut. Rasanya tangan ini gatal sekali untuk membukanya. Tapi saya selalu mengatakan nanti, nanti, dan nanti. Hingga akhirnya, ‘Bismillah’ saya membuka pesan tersebut. By the way, pesannya sangaaat panjang sekali. Saya membacanya, namun saya benar-benar tidak konsentrasi dengan makna pesan tersebut. Berulang kali saya mengatakan, “Ini maksudnya apa sih?”. Ntah karena bingung atau sangking senangnya, saya tidak melihat judul dari pesan tersebut, yang tertulis ‘SCHOLARSHIP ACCEPTANCE’. Ya Allah.. sujud syukur saya setelah mengetahui bahwa saya dinyatakan Lulus. Seketika saya menangis membuat keluarga sangat panik.. “Mamaaa, Fita luluuus….”. 

Allah itu memang baik. Dia tidak akan selamanya memberikan cobaan dan kesedihan kepada kita. Dia akan menggantikan segala kesedihan yang kita alami dengan kebahagiaan. :-)

Satu hari setelah pengumuman, email pun berdatangan silih berganti. Saya mendapatkan petunjuk dan panduan tentang apa saja yang harus saya lakukan dan persiapkan. Oh iya, buat teman-teman yang ingin mencoba, persyaratan dan ketentuan beasiswa bisa dilihat di website resmi program SHS: www.stipendiumhungaricum.hu. Dokumen yang dibutuhkan adalah Ijazah, Transkrip Nilai, CV (European Format), TOEFL certificate, Motivation Letter, Medical certificate, dan Paspor. Bagi teman-teman yang belum memiliki paspor, jangan khawatir. Karena paspor bisa di submit menyusul setelah sah dinyatakan lulus. Semua berkas di upload di laman pendaftaran beasiswa dalam bentuk scan copy. Setelah dinyatakan lulus, saya segera mempersiapkan berkas persyaratan pengurusan visa, yaitu: Paspor, Pas Photo (Paspor size), Residence permit (bisa di download di website resmi kedutaan), Letter of Acceptance, KTP, Bukti booking tiket pesawat, asuransi kesehatan, dan Surat keterangan kerja. Untuk biaya pembuatan visa gratis karena ditanggung oleh pihak pemberi beasiswa. 

Setelah VISA di issued, saya segera mengurus pemesanan dan pembayaran tiket pesawat, menyiapkan semua dokumen penting dan juga semua keperluan yang harus dibawa, serta mempersiapkan mental untuk berpisah dengan orang-orang tercinta :’) :’( 

Pada tanggal 31 Agustus, tibalah saatnya saya harus meninggalkan semuanya. Para orang-orang tercinta turut hadir untuk mengantarkan saya ke bandara Sultan Thaha Jambi. Ada air mata yang tersembunyi dibalik wajah mereka yang mereka sembunyikan. Bapak, tante, Kiki, Abel, Fiska, abang Riko, dan juga teman-teman. Bahagia dan sedih bercampur jadi satu ketika saya harus meninggalkan mereka. Air mata rasanya tak dapat ditahan lagi. Satu per satu saya berpamitan dan memeluk mereka semua. Masyaallah, saya akan berada sangat jauuuh dari mereka selama dua tahun lamanya. Saya memohon doa kepada mereka agar saya selalu diberikan kelancaran, kemudahan, dan juga kesehatan. I love you all <3 .

By the way, saya berangkat bersama dua orang teman lainnya, yang juga akan melanjutkan kuliah di Hungaria, yaitu Kak Dian dan Raja, teman senasib dan seperjuangan yang telah mengajarkan saya betapa berharganya kebersamaan itu. Dan juga, bersama seorang dosen sekaligus advicer, motivator, and leader, yaitu Ayah kami Mr. Amirul Mukminin. Beliau adalah seseorang yang sangat berpengaruh dalam kesuksesan kami. Dengan ikhlas beliau selalu mengajarkan kami, mendidik kami, menasehati, memotivasi dan juga membimbing kami bisa dibilang mulai dari A sampai Z. Beliau yang mengantarkan kami ke Jakarta dan sampai kami benar-benar meninggalkan Indonesia. Sungguh luar biasa pengorbanan beliau dalam mendampingi kami.

Beginilah proses panjang yang saya alami, hingga akhirnya saya berada di Benua yang sangat cantik nan rupawan ini, yaitu Eropa. Semoga cerita ini bisa menginspirasi teman-teman semua. Dan semoga teman-teman semua yang sedang berusaha untuk mewujudkan mimpi dan cita-citanya untuk kuliah di luar negeri segera mendapatkannya. Amin.

‘Success will never come to you if you won’t go for it’
by Fita Febiyola