Halo teman-teman semua
khususnya para scholarship hunters, saya ingin berbagi cerita tentang
perjalanan saya mendapatkan beasiswa untuk studi keluar negeri, khususnya di Negara
Hungaria, Eropa. Saya termotivasi untuk menulis cerita ini karena ada banyak teman-teman
yang menanyakan tentang beasiswa ini baik secara langsung maupun melalui media
social. Selain itu, saya juga ingin sekali berbagi cerita dan pengalaman yang
sangat sangat menarik ini kepada teman-teman diluar sana :D. Mudah-mudahan apa yang saya tuliskan
dalam cerita ini bisa bermanfaat dan memotivasi teman-teman untuk terus
berusaha dan berjuang mendapatkan apa yang selama ini di impikan, yaitu
melanjutkan kuliah di Eropa.
Beasiswa yang saya
dapatkan ini adalah beasiswa Stipendium Hungaricum yang dibentuk pada tahun
2013 oleh pemerintah Hungaria. Misi dari program beasiswa ini adalah untuk
meningkatkan jumlah mahasiswa international dari seluruh Negara di dunia dan
untuk menjalin kerjasama antara Negara Hungaria dan Negara-negara di dunia yang
lainnya dalam bidang pendidikan dan pertukaran budaya . Beasiswa ini memberikan
full coverage (Tuition fee, living expenses, accommodation, and medical
insurance) kepada penerima beasiswa, mulai dari awal aplikasi hingga selesai
studi. (enak kan? hehe :P)
Sejak awal saya duduk
di bangku kuliah, saya mempunyai keinginan dan cita-cita untuk melanjutkan
kuliah master keluar negeri. Saya adalah mahasiswa lulusan S1 Bahasa Inggris di
Universitas Jambi. Alasan pertama mengapa saya ingin melanjutkan kuliah diluar
negeri adalah karena sebenarnya saya sangat menyukai jalan-jalan alias traveling
:D. Alasan yang kedua, saya ingin meningkatkan dan mempertajam kemampuan bahasa
Inggris saya karena dengan berada di Luar Negerilah saya bisa memperbagus kemampuan
bahasa Inggris saya yang tidak bagus-bagus amat ini hehe.. Alasan yang ketiga,
saya ingin menambah dan memperluas pengetahuan saya tentang budaya-budaya menarik
yang ada di dunia. Keempat, agar kesempatan saya untuk traveling ke negeri lain
terbuka lebar.. hehe.. Insyaallah. Amin.
Saya lulus S1 pada
bulan Januari 2016. Kemudian saya membulatkan tekad untuk mengikuti beberapa
beasiswa ke luar negeri, yaitu Australia (ADS), New Zealand Asean Awards,
Amerika (Fulbright) dan Hungaria (SHS). Untungnya selama berada di Semester
akhir, saya sudah mempersiapkan segala sesuatunya yang saya butuhkan untuk
mendaftar beasiswa, termasuk TOEFL test (Min. 550), Essays, dan juga MENTAL
yang nggak boleh setengah-setengah :D. Jadi, setelah lulus kuliah tinggal apply deh. Kuncinya kita harus yakin
dan percaya dulu. Setelah berusaha dan berdoa, sisanya kita serahkan sama
Allah. Selama proses pendaftaran keempat beasiswa ke luar negeri tersebut, saya
selalu meyakinkan diri saya. Jika Allah menghendaki saya untuk melihat dan menginjakkan
kaki di belahan dunia-Nya yang lain, maka Allah pasti akan memberikan kemudahan
dan melancarkan segala sesuatunya. Pada akhir bulan Maret, saya mendapatkan
pesan email dari Amerika, yang isinya “You failed”, singkat, padat, dan sangat
jelas :’). Gagal, ah rasanya sudah biasa mengalami kegagalan dari sejak masa
sekolah. Kegagalan ini tidak membuat saya patah semangat sedikitpun. Meskipun
dalam hati selalu menyenangkan diri sendiri, “Ah, masih bisa menunggu tiga
beasiswa lainnya”. Bulan berikutnya, yaitu bulan April 2016, saya mendapatkan
pesan email dari Australia. Katanya, “Your application is unsuccessful”.
Huhuhu.. sedikit mengeluarkan air mata. Sambil berkata dalam hati, “Apa
sebenarnya kekurangan saya?”. Hehe mungkin kurang beruntung kali ya. Waktupun
terus berlalu. Panas dan hujan silih berganti. Hingga pada bulan Mei 2016, saya
kembali mendapatkan pesan email dari SHS, yaitu Hungaria. Katanya, “You passed
the first round of selection: formal check”. Yah meskipun baru lulus berkas,
setidaknya pintunya terbuka sedikit.. hehehe (:D). Sedikit lega mendengarnya.
Tak lupa saya selalu berdoa, memohon kepada Allah agar dibukakan pintu menuju
impian yang selebar-lebarnya. Dan juga, tak lupa saya selalu menyebut nama
Almarhumah didalam setiap doa, “Mama, doakan fita semoga fita bisa membuat mama
bangga dan bahagia :’)”. Pada akhir bulan Mei, saya kembali mendapatkan pesan
email dari Hungaria, yang isinya kalau nggak salah seperti ini, “You are in the
nominated criteria, and please be happy to have an interview with us”. Oh my
God! Is It gonna be serious?. Saya benar-benar tidak menyangka kalau akan
sampai di tahap interview. Ya Allah.. terimakasih karena telah membawa saya ke tempat
yang lebih dekat dengan impian saya selama ini. Alhamdulillah, one step closer.
Seiring berjalannya waktu, saya mempersiapkan segala sesuatunya yang saya
butuhkan pada saat interview nanti. Dari pagi siang hingga malam hari, laptop
stand by 24 jam. Berhari-hari saya belajar dengan om google (maklum
pengangguran).. Hingga tiba saatnya pada tanggal 15 Juni saya harus menghadapi
test interview bersama tiga orang professor dari Universitas yang saya pilih,
yaitu University of Pecs. Lima menit sebelum interview jantung ini rasanya
dagdigdug sangat kencang. Daaaaan.. tiba-tiba Laptop berdering ada panggilan
dari Skype media. Bismillah, apapun yang terjadi, semuanya adalah kehendak
Allah SWT. Akhirnya, dimulailah interview bersama pihak Universitas. Satu per
satu saya tatap wajah mereka. Dan waaaw, sungguh luar biasa. Ternyata mereka
tidaklah menyeramkan seperti yang saya bayangkan. Interview berjalan dengan
sangaat lancar. Mereka welcoming sekali dengan foreigners. Ramah, dan selalu
memberi pujian. Interview berlangsung hanya lima menit (SAJA). Dan diakhir
perbincangan meraka berkata, “Okay. Let us decide whether You are accepted or
not, and we will inform the result to you in July. Bye bye”. Huuuh lega rasanya
telah melewati tahap ini.
Setelah satu bulan
berlalu, tibalah saatnya saya akan melihat hasil yang akan saya peroleh setelah
melakukan usaha yang menurut saya sudah cukup maksimal ini. Saya memohon doa
kepada ayah dan orang-orang terdekat. Saya mengatakan kepada mereka bahwa ini
adalah pengumuman terakhir yang akan menentukan apakah saya lulus atau tidak.
Saya juga memohon dengan sangat kepada Allah untuk memberikan kabar baik dan
menyenangkan kepada saya. Dan tepat pada malam hari sebelum pengumuman, saya
memimpikan Almarhumah Ibu saya. Di dalam mimpi tersebut, saya melihat beliau
susah payah berjalan dengan membawa banyak sekali barang-barang milik saya.
Mulai dari tas ransel, tas jinjing, dan juga koper milik saya. Dalam mimpi saya
bertanya, “Mama mau kemana bawain barang-barang Fita?”. Lalu beliau menoleh,
dan hanya memberikan senyuman yang sangaaat hangat dan yang sangat saya
rindukan itu, dan tetap berjalan dengan sejumlah barang milik saya. Pagi hari
pada tanggal 15 Juli, saya terbangun. Masyaallah. Saya meneteskan airmata
mengingat mimpi itu. Apa sebenarnya makna semua itu. Saya berharap
mudah-mudahan ini adalah pertanda bahwa saya akan mendengar kabar yang sangat
baik.
Hingga pada siang
harinya, saya mendengar suara handphone berdering. Dan saya langsung
melihatnya, ternyata saya mendapatkan pesan email dari Universitas. Masyaallah,
jantung ini rasanya mau copot .. :D:D. Satu jam lamanya saya tidak juga membuka
email tersebut. Rasanya tangan ini gatal sekali untuk membukanya. Tapi saya
selalu mengatakan nanti, nanti, dan nanti. Hingga akhirnya, ‘Bismillah’ saya
membuka pesan tersebut. By the way, pesannya sangaaat panjang sekali. Saya
membacanya, namun saya benar-benar tidak konsentrasi dengan makna pesan
tersebut. Berulang kali saya mengatakan, “Ini maksudnya apa sih?”. Ntah karena
bingung atau sangking senangnya, saya tidak melihat judul dari pesan tersebut,
yang tertulis ‘SCHOLARSHIP ACCEPTANCE’. Ya Allah.. sujud syukur saya setelah
mengetahui bahwa saya dinyatakan Lulus. Seketika saya menangis membuat keluarga
sangat panik.. “Mamaaa, Fita luluuus….”.
Allah itu memang baik. Dia
tidak akan selamanya memberikan cobaan dan kesedihan kepada kita. Dia akan
menggantikan segala kesedihan yang kita alami dengan kebahagiaan. :-)
Satu hari setelah
pengumuman, email pun berdatangan silih berganti. Saya mendapatkan petunjuk dan
panduan tentang apa saja yang harus saya lakukan dan persiapkan. Oh iya, buat
teman-teman yang ingin mencoba, persyaratan dan ketentuan beasiswa bisa dilihat
di website resmi program SHS: www.stipendiumhungaricum.hu.
Dokumen yang dibutuhkan adalah Ijazah, Transkrip Nilai, CV (European Format),
TOEFL certificate, Motivation Letter, Medical certificate, dan Paspor. Bagi
teman-teman yang belum memiliki paspor, jangan khawatir. Karena paspor bisa di
submit menyusul setelah sah dinyatakan lulus. Semua berkas di upload di laman
pendaftaran beasiswa dalam bentuk scan copy. Setelah dinyatakan lulus, saya
segera mempersiapkan berkas persyaratan pengurusan visa, yaitu: Paspor, Pas
Photo (Paspor size), Residence permit (bisa di download di website resmi
kedutaan), Letter of Acceptance, KTP, Bukti booking tiket pesawat, asuransi
kesehatan, dan Surat keterangan kerja. Untuk biaya pembuatan visa gratis karena
ditanggung oleh pihak pemberi beasiswa.
Setelah VISA di issued,
saya segera mengurus pemesanan dan pembayaran tiket pesawat, menyiapkan semua
dokumen penting dan juga semua keperluan yang harus dibawa, serta mempersiapkan
mental untuk berpisah dengan orang-orang tercinta :’) :’(
Pada tanggal 31
Agustus, tibalah saatnya saya harus meninggalkan semuanya. Para orang-orang
tercinta turut hadir untuk mengantarkan saya ke bandara Sultan Thaha Jambi. Ada
air mata yang tersembunyi dibalik wajah mereka yang mereka sembunyikan. Bapak,
tante, Kiki, Abel, Fiska, abang Riko, dan juga teman-teman. Bahagia dan sedih
bercampur jadi satu ketika saya harus meninggalkan mereka. Air mata rasanya tak
dapat ditahan lagi. Satu per satu saya berpamitan dan memeluk mereka semua.
Masyaallah, saya akan berada sangat jauuuh dari mereka selama dua tahun
lamanya. Saya memohon doa kepada mereka agar saya selalu diberikan kelancaran,
kemudahan, dan juga kesehatan. I love you all <3 .
By the way, saya
berangkat bersama dua orang teman lainnya, yang juga akan melanjutkan kuliah di
Hungaria, yaitu Kak Dian dan Raja, teman senasib dan seperjuangan yang telah
mengajarkan saya betapa berharganya kebersamaan itu. Dan juga, bersama seorang dosen
sekaligus advicer, motivator, and leader, yaitu Ayah kami Mr. Amirul Mukminin.
Beliau adalah seseorang yang sangat berpengaruh dalam kesuksesan kami. Dengan
ikhlas beliau selalu mengajarkan kami, mendidik kami, menasehati, memotivasi
dan juga membimbing kami bisa dibilang mulai dari A sampai Z. Beliau yang mengantarkan
kami ke Jakarta dan sampai kami benar-benar meninggalkan Indonesia. Sungguh
luar biasa pengorbanan beliau dalam mendampingi kami.
Beginilah proses
panjang yang saya alami, hingga akhirnya saya berada di Benua yang sangat
cantik nan rupawan ini, yaitu Eropa. Semoga cerita ini bisa menginspirasi
teman-teman semua. Dan semoga teman-teman semua yang sedang berusaha untuk
mewujudkan mimpi dan cita-citanya untuk kuliah di luar negeri segera
mendapatkannya. Amin.
‘Success will never
come to you if you won’t go for it’
by Fita Febiyola